Pria di Tapanuli Tengah Tewas Dipukuli Warga karena Dituding Santet
Table of content:
Di tengah suasana tenang Dusun III, Desa Bungo Tanjung, suatu peristiwa tragis terjadi yang melibatkan seorang pria berinisial RP (53) yang menjadi korban penganiayaan massal. Kasus ini mencuat setelah ia diduga terlibat dalam praktik santet yang meresahkan masyarakat setempat.
Peristiwa tersebut terjadi pada hari Selasa, 23 September, sekitar pukul 05.00 WIB, ketika sekelompok orang mendatangi rumah korban. Dengan pengawasan dan pengendalian yang minim, tindakan ini berujung pada situasi berbahaya yang mengakibatkan hilangnya nyawa.
Kapolres Tapanuli Tengah, AKBP Wahyu Endrajaya, menjelaskan bahwa kerumunan tersebut mendatangi rumah korban dan menyerang dengan cara yang brutal. Menurut saksi, rumah RP dilempari batu lebih dari 20 kali sebelum sekelompok orang yang menutup wajahnya menyerbu ke dalam rumah.
Penyebab Penganiayaan Tersebut Sangat Kontroversial
Motif di balik penganiayaan ini sangat terkait dengan dugaan praktik santet yang dituduhkan kepada korban. Dalam budaya tertentu, praktik santet sering kali menjadi sumber ketakutan dan kecurigaan, sehingga bisa memicu respons kekerasan dari masyarakat.
Keluarga dan teman-teman dekat korban merasa terkejut dan bingung dengan tuduhan tersebut, menganggapnya tanpa bukti yang jelas. Hal ini menunjukkan bagaimana stigma dan rumor dapat mengakibatkan tindakan tidak rasional yang berbahaya dalam masyarakat.
Untuk menindaklanjuti kejadian tersebut, pihak kepolisian berusaha mengumpulkan informasi lebih lanjut dan mengidentifikasi pelaku penyerangan. Penyelidikan ini pun melibatkan pengumpulan barang bukti yang ditemukan di lokasi kejadian.
Tindakan Kepolisian dan Respon Keluarga Korban
Setelah menerima laporan, personel Polsek Barus segera menuju lokasi. Mereka menemukan korban dalam kondisi tragis, telah meninggal dunia dengan luka lebam parah di seluruh tubuhnya.
Pihak kepolisian telah berkoordinasi dengan keluarga korban untuk melakukan langkah hukum selanjutnya. Namun, mengejutkan, keluarga lebih memilih untuk tidak melakukan autopsi dan hanya mengizinkan visum.
Keputusan keluarga ini dapat dipahami dalam konteks adat dan kepercayaan yang dianut masyarakat setempat. Dengan demikian, kepolisian juga melakukan kerja sama dengan Puskesmas Barus untuk memastikan visum dilaksanakan sesuai prosedur.
Barang Bukti dan Proses Penyelidikan Yang Berlangsung
Seiring dengan penemuan jasad korban, beberapa barang bukti berhasil diamankan oleh petugas. Beberapa barang yang ditemukan antara lain lima batu, dua potong bambu, seutas tali, dan beberapa pakaian yang dikenakan korban saat kejadian.
Pihak kepolisian telah memulai penyelidikan secara menyeluruh, menyasar para pelaku yang terlibat dalam tindakan penganiayaan tersebut. Setiap informasi yang didapatkan akan dianalisis untuk mendapatkan kejelasan mengenai siapa saja yang terlibat dan apa yang sebenarnya terjadi saat itu.
Pentingnya penyelidikan ini tidak hanya untuk keadilan korban, tetapi juga untuk meminimalisir kemungkinan terulangnya kasus serupa di masa depan. Komunitas setempat diharapkan dapat berdialog untuk mencegah kekerasan yang dipicu oleh tuduhan tak berdasar.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now







