Pekan Pembaca Sastra 2025, Klub Buku dan Komunitas Kunci Peningkatan Literasi dan Sastra
Table of content:
Pekan Pembaca Sastra tahun ini diakhiri dengan penampilan sebuah monolog berjudul Surabaya Johnny pada 4 Oktober 2025. Pementasan ini mengadaptasi cerpen ‘Surabaya Johnny: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (Seperti Dipaparkan kepada Pieter Jansma)’ yang ditulis oleh Sony Karsono dan disusun ulang oleh Raymond Y. Patty dari Jejak Lakon.
Dalam penutupan acara ini, Erostian “Mbul” sebagai pemeran utama, mengungkapkan, “Telah wafat, Johan Kartawijaya, yang dikenal sebagai Surabaya Johnny.” Ia adalah seorang penyair yang penuh kontroversi dan kehidupan penuh liku, diingat oleh sebagian orang sebagai pemimpi dan oleh yang lain sebagai pembohong, sementara sebagian besar tidak mengenangnya sama sekali.
Cerpen yang menjadi dasar pertunjukan ini adalah perpaduan antara ingatan biografis yang acak, catatan etnografis, serta elemen satir yang menggambarkan ketidakberdayaan seorang penyair tua. Keberadaannya sebagai simbol dari generasi Orde Baru sangat terlihat ketika ia terjebak dalam koridor pseudo-sastra yang kelam.
Perjalanan Kreatif Sony Karsono dan Karya-karyanya
Sony Karsono dikenal sebagai salah satu penulis yang berani mengeksplorasi tema-tema berat dalam karyanya. Dalam cerpen-cerpennya, ia sering menyajikan cerita yang mencerminkan kehidupan sosial yang kompleks di Indonesia, termasuk dampak dari kebijakan politik yang berlaku.
Dengan keahlian dalam mengeksplorasi karakter yang mendalam, ia mampu menghadirkan tokoh dengan latar belakang yang beragam. Karakter-karakter seusia Surabaya Johnny biasanya direpresentasikan dengan berbagai masalah kontekstual yang menjadi refleksi bagi masyarakat luas.
Puncaknya, Sony meraih penghargaan bergengsi seperti Anugerah Sutasoma dan Penghargaan Sastra Kemdikbudristek berkat karya-karya yang menyentuh tema kemanusiaan. Di tangan Sony, setiap karakter memiliki cerita dan kepedihan yang menggugah pembaca untuk memahami kompleksitas kehidupan manusia.
Signifikansi Karakter Surabaya Johnny dalam Sastra
Karakter Surabaya Johnny, yang digambarkan sebagai penyair cabul dan tukang judi, bukan sekedar fiksi belaka. Ia mewakili suara generasi yang terpinggirkan, yang berjuang dalam kesunyian dan kehilangan harapan di tengah perubahan politik yang cepat.
Di dalam cerpen, Johnny menggambarkan kehidupan yang penuh dengan delusi. Ia berbicara tentang cita-cita dan mimpi yang selalu nampak di ujung jari, namun selalu terasa tidak terjangkau, menggambarkan kondisi psikologis yang dialami banyak orang dalam masyarakat modern.
Lebih dari sekadar karakter, Surabaya Johnny menjadi simbol dari perjuangan penyair dan seniman. Dalam dunia yang sering mengabaikan seni, dia berjuang untuk diingat meskipun banyak orang memilih untuk melupakan jejaknya. Malah, kisah hidupnya menyoroti realitas pahit yang dihadapi banyak individu dalam jungkir balik kehidupan.
Pertunjukan Monolog dan Respons Penonton
Pertunjukan monolog ini tidak hanya sukses menghibur, tetapi juga menggugah banyak pemikiran kritis di kalangan penonton. Menyaksikan perjalanan emosional Johnny dalam bentuk monolog membangkitkan perasaan empati dan keprihatinan akan nasib seniman yang sering kali terpinggirkan.
Setiap adegan dari pertunjukan menyajikan gambaran yang sangat nyata tentang dilema internal yang dihadapi oleh Johnny. Penonton diajak untuk meresapi setiap kata dan melihat dunia melalui lensa karakter yang penuh keraguan dan desakan sosial.
Respons penonton pun beragam; beberapa merasa terinspirasi, sementara yang lain merasa terprovokasi untuk lebih peduli terhadap seniman dan pemikir di masyarakat. Dalam konteks ini, pertunjukan monolog Surabaya Johnny menjadi lebih dari sekadar hiburan, tetapi juga platform untuk refleksi sosial.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now







