Cerita Pendaki Melihat Salju Abadi di Pegunungan Jayawijaya Papua yang Terancam
Table of content:
Berhasil menjejakkan kaki di puncak tertinggi Oseania, Pegunungan Jayawijaya di Papua, adalah pencapaian luar biasa yang tak ternilai. Setiap pendaki pasti merasakan kedamaian dan kebanggaan saat menyaksikan keindahan alam yang menakjubkan dari ketinggian tersebut.
Salah satu pendaki yang merasakan pengalaman ini adalah Abdul Kholik. Ia menggambarkan perasaannya yang penuh keajaiban dan kebanggaan saat bisa melihat salju di negara tropisnya sendiri.
Namun, di balik kebahagiaan tersebut, terdapat kenyataan pahit. Salju abadi di area tersebut semakin menipis, dan pribadinya merasa tertekan dengan kemungkinan hilangnya fenomena alam ini di masa mendatang.
Perjalanan Menuju Puncak: Langkah Demi Langkah Menuju Keajaiban Alam
Perjalanan menuju puncak Jayawijaya bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan ketahanan fisik dan mental yang luar biasa, ditambah persiapan yang matang. Ketika Abdul mulai mendaki, semangatnya tak hanya didorong oleh keinginan untuk mencapai puncak, tetapi juga untuk menyaksikan keindahan alam yang luar biasa.
Kondisi alam yang seringkali ekstrem memperjuangkan pengalaman setiap pendaki. Cuaca dingin dan tantangan jalur yang terjal membuat setiap langkah semakin berarti. Abdul yakin, setiap detik yang dihabiskannya dalam perjalanan ini akan terbayar dengan keindahan panorama yang mengagumkan.
Di sepanjang perjalanan, ia mengabadikan momen-momen berharga melalui foto dan video. Setiap potret yang diambilnya merekam keindahan salju dan gletser yang tersebar di pegunungan, memberi nuansa mendalam bagi pengunjung yang melihatnya di media sosial.
Keberadaan Salju: Pemandangan yang Makin Langka
Salju di Jayawijaya bukan hanya sekedar fenomena alam, tetapi juga simbol ketahanan dalam menghadapi perubahan iklim. Abdul mengungkapkan bahwa melihat salju di negara tropis adalah pengalaman yang patut disyukuri. Namun, saat melihat salju yang semakin menipis, hatinya dipenuhi keprihatinan akan kondisi lingkungan yang terus memburuk.
Dengan suhu yang semakin meningkat, diperkirakan salju di puncak Jayawijaya akan hilang dalam beberapa dekade ke depan. Gletser yang dulunya melimpah kini menyusut drastis, mengubah ekosistem dan merusak keindahan yang telah ada selama berabad-abad.
Kondisi ini bukan hanya menjadi perhatian para pendaki, tetapi juga seluruh masyarakat. Perlu upaya bersama untuk menjaga lingkungan demi generasi mendatang agar dapat menikmati keindahan yang sama.
Biaya dan Persiapan Ekspedisi yang Tidak Murah
Sebagai puncak tertinggi di Indonesia, ekspedisi menuju Jayawijaya membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Berdasarkan pengalaman Abdul, persiapan untuk mendaki sangat penting dan melibatkan biaya yang cukup besar. Dari akomodasi, makanan, hingga perlengkapan pendakian, semua memerlukan anggaran yang matang.
Estimasi biaya untuk menyelesaikan ekspedisi ini berkisar antara Rp 90 hingga 100 juta. Meskipun harga yang ditawarkan cukup menguras kantong, pengalaman dan pelajaran yang didapatkan selama pendakian tak ternilai harganya.
Abdul menyatakan, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak bisa mencapai 8 hingga 10 hari, tergantung pada kondisi cuaca dan kesiapan fisik. Persiapan matang memastikan keamanan dan kenyamanan selama perjalanan yang bisa sangat melelahkan ini.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now






